Banjar ini terkait erat dengan Pura Duur Beringin. Mundeh
berasal dari kata “mun” berarti dimulai dan “ndeh” berarti keributan. Banjar
Adat Mundeh berdiri karena keributan/perang memperebutkan wilayah. Wilayah
mundeh dulunya berupa hutan belantara. Lama kelamaan berdatanganlah para
pendatang, seperti Pasek Kayu Selem, Pasek Gelgel, Kubayan, Arya Buringkit, Bendesa
Mas dll. Klan-klan ini datang dan berkumpul sebelum adanya Pura Tri Kahyangan.
Timbul keresahan diantara mereka, siapa yang akan memimpin, hingga terjadi
keributan memperebutkan wilayah.
Salah
satu warga yangmmerasa sangat resah kemudian memohon petunjuk dibawah beringin
yang dulu terletak di jaba Pura Duur. Setiap klan telah bersiap melakukan
peperangan, menjadikan pohon beringin sebagai batas wilayah utara dan selatan.
Warga yang merasa resah tersebut berjanji akan mendirikan sebuah pura jika
terjadi perang. Kemudian datanglah Ratu Biyang Dalem Ped dari langit berupa
Mega, bersemayam diatas pohon beringin. Beliau bersabda, “Wahai rakyatku,
kenapa kalian berperang. Kita ini bersaudara meskipun datang dari berbagai
tempat. Tolong menyatulah.” Masyarakat terpukau, hingga memutuskan untuk
membatalkan perang. Kemudian dibangun sebuah pura untuk menghormati Beliau dan
diberi nama Pura Dalem Duur Beringin.